Awal mula lahirnya Desa Pakkanna berasal dari Wanua Limpa – Kimpa sekitar tahun 1925. Wanua Limpa - Kimpa beralih menjadi Wanua Impa – Kimpa selanjutnya menjadi Wanua Impa – Impa. Wanua Impa – Impa memliki makna yaitu :
- Tempat penangkaran ikan (lempong – lempong bale)
- Membuka jalan (pintu masuk) bagi musuh (“timparengngi laleng” kata panglima perang pada saat terjadinya perang antara Tempe & Gilireng, yang wilayah peperangannya di Desa Pakkanna ini dahulu Limpa – Kimpa)
Selanjutnya pada tahun 1960 Wanua Limpa Kimpa berubah menjadi Desa Assorajang bersamaan dengan terbentuknya Kecamatan Tanasitolo. Dari Desa Assorajang yang memiliki wilayah dari TaE hingga UjungE berubah menjadi Desa Nepo (lama) sekitar tahun 1970 yang terdiri dari beberapa Lingkungan yaitu Lingkungan UjungE, Pajalele, Baru Impa – Impa(Desa Nepo) , Impa – Impa (Pakkanna sekarang) dan EmpagaE (Assorajang) Ibu kota Desa Nepo adalah di Desa Pakkanna ini atau di lingkungan Impa – Impa dan pertama kali berkantor di lokasi UPTD Perindustrian sekarang, selanjutnya pindah di Ruko (dikenal dengan toko CellaE), dan akhirnya di bertempat di JL. A. Baso (hingga sekarang). Kemudian pada tahun 1982 Desa Nepo (lama) mengalami pemekaran dan lahirlah Desa Pakkanna yang namanya memiliki makna pertahanan dengan demikian Desa Pakkanna merupakan Desa Pertahanan, nama ini diberikan karena pada zaman penjajahan hingga masa G/30 SPKI salah satu benteng atau tempat pertahanan di kabupaten Wajo adalah di daerah Pakkanna ini (dulu Nepo) dan tempat para tetuah Wajo merancang strategi penyerangan adalah di rumah H. DG. Manrafi yang masih tetap berdiri kokoh hingga sekarang yang biasa dikenal dengan nama Rumah Kuning. Diharapkan dengan nama ini masyarakat desa dapat bertahan, tidak mudah putus asa dalam menghadapi hidup sehingga apa yang dicita – citakan bersama untuk menggapai kesejahteraan, kemakmuran dan suasana kehidupan masyarakat yang harmonis dan dinamis dapat terwujud.
Hingga saat inipun masih ada beberapa daerah di desa Pakkannna yang masih lekat dengan kata – kata Nepo seperti “Bung Nepo”(sumur Nepo), karena dulu daerah ini bernama Nepo maka diberi nama sumur Nepo. Desa Pakkanna yang dulu dikenal dengan nama dusun Impa – Impa atau yag lebih lekat disebut dengan Impa – Kimpa. Dengan demikian Dusun Impa – Impa merupakan awal mula dari desa Pakkanna. Di desa Pakkanna, dapat kita temukan beberapa situs peninggalan sejarah bangsawan – bangsawan Bugis Wajo. Seperti rumah peninggalan keluarga H. Daeng Manrafi, Rumah Keluarga H. Daeng Pasinring dan Rumah Keluarga Andi Muh. Idi kesemuanya itu masih tetap ada hingga sekarang. Desa Pakkanna dikenal dengan sebutan desa Sutera, karena di Desa ini merupakan pusat pengrajin kain sutera (perkampungan sutra). Adapun orang – orang yang pernah menjadi orang nomor satu di wilayah ini sejak masih Wanua Limpa - Kimpa hingga Desa Pakkanna adalah sebagai berikut:
1. Laonde (tahun 1925 – 1928) wanua Limpa - Kimpa
2. Makkarumpa (tahun 1928 – 1947) wanua Impa - Kimpa
3. M. Akib P.(tahun 1947 – 1950) wanua Impa - Kimpa
4. Pariusi (tahun 1950 – 1960) wanua Impa - Impa
5. Letnan Makka (tahun 1960 – 1970) masih berstatus sebagai Desa Assorajang
6. Abdul Kahar ( tahun 1970 – 1975) masih berstatus sebagai Nepo (lama)
7. Mayor Abd. Azis (tahun 1980 – 1983) Nepo lama
8. Andi Asmari (satu minggu) Nepo lama
9. Sahmi Pamar(tahun 1983 – 2008) nepo lama hingga beralih menjadi Desa Pakkanna
10. Salahuddin Paggama (tahun 2008 – 2014)
11) Wikra Wardana (tahun 2015 – 2021)
12) Wikra Wardana ( Tahun 2021-Sampai sekarang)
Di Desa Pakkanna juga dapat kita temukan berbagai potensi yang sangat menjanjikan seperti kegiatan perikanan, pertanian, industry, budaya, maupun kehutanan. Ini karena Desa Pakkanna merupakan sebua desa yang berbatasan langsung denga Danau Tempe yang merupakan ikon Kabupaten Wajo. Selain potensial disector perikanan juga disektor pertanian, ini terbukti dengan jumlah hasil pertanian yang meningkat setiap tahunnya, demikian juga disektor kehutanan jumlah hutan di Desa Pakkanna juga sangat potensial untuk daerah perlindungan satwa. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah disektor industry yaitu industry ATBM (Pertenunan) yang sudah dikenal di mana – mana bahkan sampai mancanegara yaitu Negara Jepang, Belanda, Australia dan Malaysia ini terbukti dengan adanya kunjungan wisatawan ke desa ini hampir setiap minggunya. Dengan demikian tidak hanya sector industry tetapi sektor pariwisata pun ikut maju akibat industry sutera ini.